Hari ini, 26 Juli 2014, Jawa Pos Radar
Bojonegoro tepat berusia 15 tahun. Sebuah usia yang bisa dibilang mulai
matang, untuk ukuran sebuah perusahaan. Bagi manusia, usia 15 tahun bisa
dibilang merupakan fase pengenalan identitas diri.
Sebagai entitas bisnis yang bergerak di
bidang pemenuhan hak-hak masyarakat atas informasi, fase identitas diri yang
dimaksud adalah berkaitan dengan nilai-nilai dan filosofi jurnalisme itu
sendiri. Pertanyaan selanjutnya, apakah dengan usia 15 tahun koran ini sudah
menuju track yang dibenarkan dalam jurnalisme modern?
Mari kita runut. Media massa adalah produk
jurnalistik. Jurnalistik adalah salah satu dari produk material ilmu
komunikasi, yang serumpun dalam ilmu sosial (sosiologi). Sebagai rumpun ilmu
sosial, produk media massa tidak boleh tercerabut dari akar filosofinya.
Dalam jurnalisme modern, teori tanggung jawab
sosial menjadi madzhab meanstream di berbagai media massa belahan dunia.
Dalam buku berjudul Four Theories of The Press (Siebert, Peterson, dan
Schramm, 1956) yang dikutip oleh Werner J. Severin, dan James W. Tankard Jr
(2005:378) disebutkan, ciri umum madzhab ini adalah siapapun bisa/boleh memiliki
pendapat.
Sebab, media sebenarnya dikendalikan oleh
pendapat masyarakat, tindakan konsumen, dan etika profesional. Namun demikian,
media juga tetap mengemban tugas tanggung jawab sosial dan bila tidak
mencerminkan realitas sosial, suatu pihak tertentu harus memaksanya agar
berjalan sesuai dengan track awal.
Bagaimana cara mengukurnya? Setidaknya ada
dua indikator utama di antara delapan. Pertama, demokrasi altruistik.
Yaitu, berita-berita yang menyiratkan politik berdasar pada kepentingan
pelayanan publik (public service).
Kedua, pastorialisme kota kecil. Maksudnya, media
massa harus memiliki kecenderungan untuk mengangkat potensi-potensi yang ada di
sebuah komunitas yang kecil. Sehingga, menjadi berkembang dan positif.
Poin ini juga dapat dijelaskan bahwa, media
harus mampu mendorong pertumbuhan, pembangunan, dan kemajuan sebuah kota kecil,
dengan tetap menghargai pluralisme masyarakat yang sedang tumbuh berkembang.
Pertanyaannya, apakah Jawa Pos Radar
Bojonegoro sudah mencerminkan pendekatan tanggung jawab sosial? Mari kita
diskusikan, dalam jurnalisme klasik ada istilah yang mungkin bisa dibilang
cukup nyinyir. Pameo itu berbunyi, good news is bad news. Bad news is bad
news (berita/kabar baik adalah kabar buruk. Berita buruk adalah kabar
baik).
Dan Jawa Pos, berikut anak
perusahaannya, termasuk Radar Bojonegoro, sudah lama mengembangkan
pendekatan good news is good news. Sebagai ilustrasi, kabupaten yang
mempunyai prestasi meraih Piala Adipura, secara news value sangat layak
diekspos.
Di Jawa Pos wa ala ahlihi, prestasi
raihan Adipura, Kalpataru, atau kampiun di berbagai olimpiade sains nasional
adalah bagian dari inspiring dan inovatif. Dua nilai berita ini sudah
lama dikembangkan koran ini.
Cara pandangnya bukan lagi melayani
birokrasi, melainkan menyebarkan virus positif, menyiarkan berita kemenangan
manusia. Menebarkan optimisme dalam membangun daerah dan peradaban. Sebab,
hakikinya bukan Adipuranya yang menjadi goal, namun kesadaran membangun
budaya dan peradaban yang berorientasi lingkungan.
Menyiarkan berita kemenangan manusia, bukan
hanya kekalahan manusia seperti kasus pembunuhan, kecelakaan, dan sebagainya, adalah
merupakan respons sekaligus bentuk dari apa yang disebut Siebert, Peterson, dan
Schramm sebagai pastorialisme kota kecil.
Dalam pengertian lain, penulis menyebutnya
sebagai jurnalisme partisipatif, jurnalisme adaptif. Jurnalisme yang tidak
mengabaikan dinamika positif sosial, melainkan justru mendorong dan
menumbuhkembangkan berita kemenangan manusia.
Keberadaan Radar Tuban, Radar Lamongan, dan
Radar Cepu adalah bagian dari ikhtiar kami merawat semangat jurnalisme
partisipatif. Dengan semakin lokal, semakin dekat pula kami dengan Anda semua,
para pembaca yang budiman.
Wabakdu, selamat dan sukses 15 tahun Jawa
Pos Radar Bojonegoro. Semoga kami terus konsisten mengawal jurnalisme
partisipatif agar bisa memberikan yang terbaik kepada para pembaca yang
budiman. (*)
Bojonegoro, 25 Juli 2014
*) Tayang di Jawa Pos Radar Bojonegoro Edisi
26 Juli 2014, halaman 21
No comments:
Post a Comment