Wednesday, June 6, 2012

Pendidikan dan Stigma Terminal


Suatu ketika penulis mengantar anak ke Terminal Bojonegoro. Bukan untuk bepergian, tetapi mengikuti kegiatan yang disiapkan sekolah taman kanak-kanak. Selama di terminal anak-anak dikenalkan dengan lingkungan terminal. Selama di terminal pula, anak-anak dikenalkan armada bus, jurusan antar kota dalam provinsi, bus antar kota antar provinsi, hingga hal-hal lain terkait transportasi darat moda bus.
Di sela-sela kegiatan pengenalan lingkungan, penulis sempat berdiskusi dengan Kepala UPTD Terminal Rajekwesi Bojonegoro Edi Subroto. Dia mengaku sangat senang anak sekolah, khususnya taman kanak-kanak, sudi melakukan pembelajaran pengenalan lingkungan ke terminal.    
Bagi Edi Subroto, pengenalan lingkungan dengan mengenal lebih dekat dengan awak bus, sopir, kernet, dan elemen-elemen terminal lainnya penting. Karena, faktanya anak-anak pada akhirnya nanti akan mengetahui, ada beragam jenis pekerjaan yang kelak akan diketahui. Sopir bus, pedagang atau kernet adalah bagian dari realitas yang memapar di hadapan anak-anak.    
***
Pendidikan bukan semata-mata proses pembelajaran dalam penyampaian nalar kognisi pengetahuan, ilmu, kepada anak didik. Tapi, pendidikan sekaligus mengajarkan tentang bagaimana cara memperoleh nalar kognisi tersebut dengan values (nilai-nilai) karakter yang merupakan manifestasi adiluhung kodrati manusia.
Nilai-nilai memang tidak kasat mata. Namun, harus mewujud dalam tindakan (konatif). Nila-nilai itu adalah kejujuran, keterbukaan, kesetaraan, bertanggungjawab, keadilan, hingga kesahajaan dalam keapaadaan. Artinya, output pendidikan bukan hanya terletak pada ukuran-ukuran kuantitatif berupa seberapa cepat dan maksimal seorang anak didik menerima asupan kognisi yang disampaikan oleh pendidik.
Atau, seberapa tinggi capaian yang dihasilkannya dalam proses pembelajaran. Melainkan, bagaimana cara memperoleh nalar kognisi. Akankah ditempuh dengan cara mengabaikan values karakter? Ataukah output tersebut dihasilkan melalui proses cepat saji.      
***
Proses pembelajaran pendidikan selama ini identik dilakukan pada tempat-tempat yang kasat mata berada dalam lingkungan kondusif. Amat jarang, untuk tak mengatakan tidak ada sama sekali, pembelajaran dilakukan pada lokasi yang mungkin bagi sebagian orang kurang layak.
Di terminal, misalnya. Penulis justru membayangkan ada sebuah sarana edukasi untuk anak-anak. Di terminal dapat disediakan berbagai peralatan pendidikan edukatif, maupun sarana bermain lainnya. Kerja edukasi ini tak bisa dilakukan sendiri oleh pihak terminal. Dibutuhkan kerja sama lintas sektoral dengan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) lainnya.
Dinas perhubungan, dinas pertamanan, dinas pendidikan, bakesbangpollinmas, dan dinas infokom, serta satlantas polres dapat melakukan kerja bersama dengan mengsinkronisasi konsep yang terintegrasi dalam penyediaan sarana edukasi ini.
Dinas pertamanan dan UPTD terminal, menyediakan lahan di terminal yang berfungsi tak hanya sebagai media edukasi, tetapi juga konsepsi pembelajaran lingkungan (eco-education) dengan menciptakan pemandangan yang asri nanti sejuk.
Dinas perhubungan dan satlantas bekerja sama dengan memasukkan unsur pendidikan lalu lintas melalui rambu-rambu kepada anak didik di sarana edukasi tersebut. Dinas perhubungan, bekerja sama dengan Organda, misalnya, dapat memasang bus kuno yang fungsinya adalah sebagai pembelajaran sejarah moda transportasi darat.
Sedangkan dinas pendidikan, dinas infokom, dan bakesbangpolinmas mengambil peran dengan cara mendesain konsep pembelajaran ideal sekaligus media komunikasi maupun jaringan, yang siap dioperasionalkan kepada anak didik.
Boleh jadi, pembelajaran ini bukan hanya akan mengikis stigma negatif terminal yang selama ini identik dengan kekumuhan dan rawan tindak kriminalitas (nir-edukasi?). Tapi, juga akan memberikan warna hidup yang berbeda kepada anak-anak kita. Maknanya, di manapun, kita bisa belajar. Di tempat manapun kita bisa menggali karakter maupun nilai-nilai, dengan apa adanya, dengan keterbukaan dan kejujuran. (*)

Ujung Blok Lingkar, 3 Juni 2012

*) Tayang di Harian Radar Bojonegoro (Jawa Pos Group) Halaman 30, Edisi 4 Juni 2012

No comments:

Post a Comment