Suatu ketika penulis mengantar anak ke
Terminal Bojonegoro. Bukan untuk bepergian, tetapi mengikuti kegiatan yang disiapkan
sekolah taman kanak-kanak. Selama di terminal anak-anak dikenalkan dengan
lingkungan terminal. Selama di terminal pula, anak-anak dikenalkan armada bus,
jurusan antar kota dalam provinsi, bus antar kota antar provinsi, hingga
hal-hal lain terkait transportasi darat moda bus.
Di sela-sela kegiatan pengenalan
lingkungan, penulis sempat berdiskusi dengan Kepala UPTD Terminal Rajekwesi
Bojonegoro Edi Subroto. Dia mengaku sangat senang anak sekolah, khususnya taman
kanak-kanak, sudi melakukan pembelajaran pengenalan lingkungan ke
terminal.
Bagi Edi Subroto, pengenalan
lingkungan dengan mengenal lebih dekat dengan awak bus, sopir, kernet, dan
elemen-elemen terminal lainnya penting. Karena, faktanya anak-anak pada
akhirnya nanti akan mengetahui, ada beragam jenis pekerjaan yang kelak akan
diketahui. Sopir bus, pedagang atau kernet adalah bagian dari realitas yang
memapar di hadapan anak-anak.
***
Pendidikan bukan semata-mata proses
pembelajaran dalam penyampaian nalar kognisi pengetahuan, ilmu, kepada anak
didik. Tapi, pendidikan sekaligus mengajarkan tentang bagaimana cara memperoleh
nalar kognisi tersebut dengan values (nilai-nilai) karakter yang
merupakan manifestasi adiluhung kodrati manusia.
Nilai-nilai memang tidak kasat mata.
Namun, harus mewujud dalam tindakan (konatif). Nila-nilai itu adalah kejujuran,
keterbukaan, kesetaraan, bertanggungjawab, keadilan, hingga kesahajaan dalam keapaadaan.
Artinya, output pendidikan bukan hanya terletak pada ukuran-ukuran kuantitatif
berupa seberapa cepat dan maksimal seorang anak didik menerima asupan kognisi
yang disampaikan oleh pendidik.
Atau, seberapa tinggi capaian yang
dihasilkannya dalam proses pembelajaran. Melainkan, bagaimana cara memperoleh nalar
kognisi. Akankah ditempuh dengan cara mengabaikan values karakter?
Ataukah output tersebut dihasilkan melalui proses cepat saji.
***
Proses pembelajaran pendidikan selama
ini identik dilakukan pada tempat-tempat yang kasat mata berada dalam
lingkungan kondusif. Amat jarang, untuk tak mengatakan tidak ada sama sekali, pembelajaran
dilakukan pada lokasi yang mungkin bagi sebagian orang kurang layak.
Di terminal, misalnya. Penulis justru membayangkan
ada sebuah sarana edukasi untuk anak-anak. Di terminal dapat disediakan berbagai
peralatan pendidikan edukatif, maupun sarana bermain lainnya. Kerja edukasi ini
tak bisa dilakukan sendiri oleh pihak terminal. Dibutuhkan kerja sama lintas
sektoral dengan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) lainnya.
Dinas perhubungan, dinas pertamanan,
dinas pendidikan, bakesbangpollinmas, dan dinas infokom, serta satlantas polres
dapat melakukan kerja bersama dengan mengsinkronisasi konsep yang terintegrasi
dalam penyediaan sarana edukasi ini.
Dinas pertamanan dan UPTD terminal,
menyediakan lahan di terminal yang berfungsi tak hanya sebagai media edukasi,
tetapi juga konsepsi pembelajaran lingkungan (eco-education) dengan
menciptakan pemandangan yang asri nanti sejuk.
Dinas perhubungan dan satlantas
bekerja sama dengan memasukkan unsur pendidikan lalu lintas melalui rambu-rambu
kepada anak didik di sarana edukasi tersebut. Dinas perhubungan, bekerja sama
dengan Organda, misalnya, dapat memasang bus kuno yang fungsinya adalah sebagai
pembelajaran sejarah moda transportasi darat.
Sedangkan dinas pendidikan, dinas
infokom, dan bakesbangpolinmas mengambil peran dengan cara mendesain konsep
pembelajaran ideal sekaligus media komunikasi maupun jaringan, yang siap dioperasionalkan
kepada anak didik.
Boleh jadi, pembelajaran ini bukan
hanya akan mengikis stigma negatif terminal yang selama ini identik dengan
kekumuhan dan rawan tindak kriminalitas (nir-edukasi?). Tapi, juga akan memberikan
warna hidup yang berbeda kepada anak-anak kita. Maknanya, di manapun, kita bisa
belajar. Di tempat manapun kita bisa menggali karakter maupun nilai-nilai, dengan
apa adanya, dengan keterbukaan dan kejujuran. (*)
Ujung Blok
Lingkar, 3 Juni 2012
*) Tayang di
Harian Radar Bojonegoro (Jawa Pos Group) Halaman 30, Edisi 4 Juni 2012
No comments:
Post a Comment