Wednesday, June 15, 2016

Catatan Reboan (1)

Yang Penting Menulis Dulu... 

Akhirnya semangat menulis itu datang kembali. Semua bermula saat Divisi Riset dan Teknologi Institute Development of Society (IDFoS) Indonesia mengadakan rapat, dua pekan lalu. Temanya, agak di luar meanstream. Dikatakan demikian, karena biasanya kebanyakan rapat yang dibahas mengagendakan diskusi, pelatihan, perencanaan program, atau menyusun desain riset.
Tapi ini kali tidak. Agenda yang dibahas tentang kesadaran gerakan menulis. Khususnya menulis di internal IDFoS. Berlaku untuk semua. Ya Pengurus, ya koordinator atau ketua divisi, staf divisi, hingga relawan atau volunteer.
Semula ada usulan tema yang dibahas dalam tulisan kudu yang serius. Namun, dinamika forum menghendaki lain. Dibiarkan cair saja. Sesuai dengan karakteristik si penulisnya. Dan, idealnya memang demikian, karena menulis itu membebaskan.  
Kalau memang cenderung serius dan style-nya memang seperti itu, silahkan. Nggak papa. Kalau justru sebaliknya, juga tidak dilarang. Karena, kata kunci yang harus disepakati saat itu adalah: Yang penting menulis dulu dan dibiasakan secara kontinyu.
Setelah disepakati gerakan ayo menulis, langkah selanjutnya adalah tentukan batas waktunya atau deadline. Karena, dalam hal-hal tertentu, deadline itu menjadi penting, sebagai pembatas agar seseorang mematuhi ketentuan yang sudah digariskan. Sebagai garis serius dan fokus pada beberapa hal. Termasuk memberi deadline menulis, sekalipun ia bukan penulis atau jurnalis.
Dook...! Jadilah pentingnya deadline sebagai keputusan kedua. Selanjutnya, disepakati pula, deadline-nya setiap minggu masing-masing divisi, di IDFoS ada empat, harus membuat satu tulisan. Bisa berupa opini, artikel, esai, kolom, features. Atau jika diperlukan tulisan yang sangat serius, semi jurnal maksudnya, tidak apa-apa. Asalkan konsisten dan fokus.
Yang penting bukan berita (news). Karena, domain itu sudah masuk dalam laman kegiatan di website IDFoS, www.idfos.or.id. Apalagi, tujuan gerakan menulis ini memang murni untuk mendorong bisa dan biasa menulis non-berita. Ya seperti yang tertera di atas itu. Keputusan ini pun juga disepakati.
Dook...! Jadilah model tulisannya disepakati bebas. Karena sebenarnya juga tak bebas-bebas amat. Mungkin yang paling pas diikat dengan longgar. Sebab, secara garis besar ada tiga hal yang akan ditulis nantinya. Yakni, opini, kolom, dan artikel.
Alasannya simpel, karena ketiga jenis tulisan inilah yang nantinya akan membentuk karakter masing-masing penulis. Sekalipun nanti jika memungkinkan, bisa ditambahi tulisan resensi buku.  
Deadline dan model tulisan sudah disepakati. Tinggal satu yang belum. Tema tulisannya apa? Semula ingin dibiarkan bebas. Namun toh pada akhirnya perlu pembatasan. Akhirnya, disetujuilah, temanya berbasis divisi masing-masing sebagai tema wajib. Sedangkan menulis dengan tema bebas (baca: hukumnya sunat), diperbolehkan, jika kewajiban menulis wajib sudah terpenuhi.
Di IDFoS ada empat divisi. Masing-masing, Divisi Riset dan Teknologi, Advokasi dan Lingkungan Hidup, Pemberdayaan Perempuan, dan Ekonomi Kerakyatan. Jadi, rasanya sudah lengkap tema yang mau diangkat menjadi tulisan.
Isi masing-masing divisi, penulis rasa, sudah menunjukkan ragam tema yang tidak akan habis untuk dikupas. Tinggal sekarang menunggu menunggu konsistensi melalui tulisan. Yang penting menulis dulu. 
***
Oo ya, sampai jadi lupa alasan kenapa muncul catatan ini. Sebenarnya, sudah sejak lama penulis ingin membuat tulisan secara kontinyu di laman website lembaga yang berdiri sejak 1999 ini. Namun, sepertinya momentumnya memang baru masuk saat ini. Saat kesadaran gerakan menulis sedang baik-baiknya, sedang semangat-semangatnya. Eman sekali kalau dilewatkan begitu saja.   
Tentang tema tulisan pada Catatan Reboan ini, tentu beragam aspek kehidupan. Sesekali, topik pembahasan akan diulas secara santai, mengalir, tapi tetap mengena. Khas kolom atau esai. Namun, tak jarang juga akan dibahas dengan gaya serius, khas opini, artikel, atau juga semi jurnal. 
Perihal nama kolom: Catatan Reboan, sengaja dipilih karena ada beragam alasan. Semula, penulis sempat mau menyiapkan nama Catatan Pinggir, tapi kok ya sama dengan kolom Goenawan Muhammad, sastrawan dan wartawan senior Tempo. Yang terbit setiap kali majalah Tempo terbit.
Terbayang juga diberi nama Catatan Pojok, namun rasanya masih belum pas. Lantas, muncul nama Kang Fiq Notes. Tapi terkesan 'pencitraan banget'. Hingga akhirnya muncullah Catatan Reboan. Rasanya lebih pas. Lebih elegan. Lebih nJawani. Dan ini yang paling penting, lebih Ngidfos banget!
Kenapa? Ingat Diskusi Reboan kan? Diskusi lintas sektoral, lintas tema yang digagas IDFoS tersebut sudah seperti menjadi trade mark atau brand image IDFoS. Sekalipun digunakan dimanapun, image-nya tetap di IDFoS.
Kira-kira seperti itu pula harapan Catatan Reboan ini. Harapannya ya rutin terbit atau ditayangkan, atau persisnya di-upload setiap hari Rabu. Kenapa hari Rabu? Selain melekat dengan image IDFoS, juga karena Rabu itu hari medium. Produktif. Tengah-tengah. Hari stabil. Karena, biasanya kita sudah melakukan banyak hal di awal pekan, dan mempersiapkan rencana kegiatan sebelum akhir pekan. Semua ya di hari Rabu itu.  
Dan ini, yang nyaris kelupaan, semangat Catatan Reboan itu semangat Reborn. Agak-agak miriplah antara Reboan dan Reborn. Tahu apa itu reborn? Kelahiran kembali. Termasuk kelahiran kembali ide, semangat, menulis, dan kerja-kerja pemberdayaan sosial. Jadi, tidak salah kiranya jika kita sebarkan virus Reboan, virus Reborn. Salam Reboan.... (*) 


Ujung Sersan Mulyono, 15 Juni 2016

*) Direktur IDFoS Indonesia. Ditayangkan di website IDFoS Indonesia (www.idfos.or.id)  

No comments:

Post a Comment