Yang Penting Menulis Dulu...
Akhirnya semangat menulis itu datang kembali. Semua bermula saat Divisi
Riset dan Teknologi Institute Development of Society (IDFoS) Indonesia
mengadakan rapat, dua pekan lalu. Temanya, agak di luar meanstream.
Dikatakan demikian, karena biasanya kebanyakan rapat yang dibahas mengagendakan
diskusi, pelatihan, perencanaan program, atau menyusun desain riset.
Tapi ini kali tidak. Agenda yang dibahas tentang kesadaran gerakan menulis.
Khususnya menulis di internal IDFoS. Berlaku untuk semua. Ya Pengurus, ya koordinator
atau ketua divisi, staf divisi, hingga relawan atau volunteer.
Semula ada usulan tema yang dibahas dalam tulisan kudu yang serius. Namun,
dinamika forum menghendaki lain. Dibiarkan cair saja. Sesuai dengan
karakteristik si penulisnya. Dan, idealnya memang demikian, karena menulis itu
membebaskan.
Kalau memang cenderung serius dan style-nya memang seperti itu,
silahkan. Nggak papa. Kalau justru sebaliknya, juga tidak dilarang. Karena,
kata kunci yang harus disepakati saat itu adalah: Yang penting menulis dulu dan
dibiasakan secara kontinyu.
Setelah disepakati gerakan ayo menulis, langkah selanjutnya adalah tentukan
batas waktunya atau deadline. Karena, dalam hal-hal tertentu, deadline
itu menjadi penting, sebagai pembatas agar seseorang mematuhi ketentuan yang
sudah digariskan. Sebagai garis serius dan fokus pada beberapa hal. Termasuk
memberi deadline menulis, sekalipun ia bukan penulis atau jurnalis.
Dook...! Jadilah pentingnya deadline sebagai keputusan kedua.
Selanjutnya, disepakati pula, deadline-nya setiap minggu masing-masing
divisi, di IDFoS ada empat, harus membuat satu tulisan. Bisa berupa opini,
artikel, esai, kolom, features. Atau jika diperlukan tulisan yang sangat
serius, semi jurnal maksudnya, tidak apa-apa. Asalkan konsisten dan fokus.
Yang penting bukan berita (news). Karena, domain itu sudah masuk dalam
laman kegiatan di website IDFoS, www.idfos.or.id.
Apalagi, tujuan gerakan menulis ini memang murni untuk mendorong bisa dan biasa
menulis non-berita. Ya seperti yang tertera di atas itu. Keputusan ini pun juga
disepakati.
Dook...! Jadilah model tulisannya disepakati bebas. Karena sebenarnya juga tak
bebas-bebas amat. Mungkin yang paling pas diikat dengan longgar. Sebab, secara
garis besar ada tiga hal yang akan ditulis nantinya. Yakni, opini, kolom, dan
artikel.
Alasannya simpel, karena ketiga jenis tulisan inilah yang nantinya akan
membentuk karakter masing-masing penulis. Sekalipun nanti jika memungkinkan,
bisa ditambahi tulisan resensi buku.
Deadline dan model tulisan sudah disepakati. Tinggal satu yang
belum. Tema tulisannya apa? Semula ingin dibiarkan bebas. Namun toh pada
akhirnya perlu pembatasan. Akhirnya, disetujuilah, temanya berbasis divisi
masing-masing sebagai tema wajib. Sedangkan menulis dengan tema bebas (baca:
hukumnya sunat), diperbolehkan, jika kewajiban menulis wajib sudah terpenuhi.
Di IDFoS ada empat divisi. Masing-masing, Divisi Riset dan Teknologi, Advokasi
dan Lingkungan Hidup, Pemberdayaan Perempuan, dan Ekonomi Kerakyatan. Jadi,
rasanya sudah lengkap tema yang mau diangkat menjadi tulisan.
Isi masing-masing divisi, penulis rasa, sudah menunjukkan ragam tema yang
tidak akan habis untuk dikupas. Tinggal sekarang menunggu menunggu konsistensi
melalui tulisan. Yang penting menulis dulu.
***
Oo ya, sampai jadi lupa alasan kenapa muncul catatan ini. Sebenarnya, sudah
sejak lama penulis ingin membuat tulisan secara kontinyu di laman website
lembaga yang berdiri sejak 1999 ini. Namun, sepertinya momentumnya memang baru
masuk saat ini. Saat kesadaran gerakan menulis sedang baik-baiknya, sedang
semangat-semangatnya. Eman sekali kalau dilewatkan begitu saja.
Tentang tema tulisan pada Catatan Reboan ini, tentu beragam aspek
kehidupan. Sesekali, topik pembahasan akan diulas secara santai, mengalir, tapi
tetap mengena. Khas kolom atau esai. Namun, tak jarang juga akan dibahas dengan
gaya serius, khas opini, artikel, atau juga semi jurnal.
Perihal nama kolom: Catatan Reboan, sengaja dipilih karena ada
beragam alasan. Semula, penulis sempat mau menyiapkan nama Catatan Pinggir,
tapi kok ya sama dengan kolom Goenawan Muhammad, sastrawan dan wartawan senior Tempo.
Yang terbit setiap kali majalah Tempo terbit.
Terbayang juga diberi nama Catatan Pojok, namun rasanya masih belum
pas. Lantas, muncul nama Kang Fiq Notes. Tapi terkesan 'pencitraan
banget'. Hingga akhirnya muncullah Catatan Reboan. Rasanya lebih pas.
Lebih elegan. Lebih nJawani. Dan ini yang paling penting, lebih Ngidfos
banget!
Kenapa? Ingat Diskusi Reboan kan? Diskusi lintas sektoral, lintas
tema yang digagas IDFoS tersebut sudah seperti menjadi trade mark atau brand
image IDFoS. Sekalipun digunakan dimanapun, image-nya tetap di
IDFoS.
Kira-kira seperti itu pula harapan Catatan Reboan ini. Harapannya ya
rutin terbit atau ditayangkan, atau persisnya di-upload setiap hari
Rabu. Kenapa hari Rabu? Selain melekat dengan image IDFoS, juga karena
Rabu itu hari medium. Produktif. Tengah-tengah. Hari stabil. Karena, biasanya
kita sudah melakukan banyak hal di awal pekan, dan mempersiapkan rencana
kegiatan sebelum akhir pekan. Semua ya di hari Rabu itu.
Dan ini, yang nyaris kelupaan, semangat Catatan Reboan itu semangat Reborn.
Agak-agak miriplah antara Reboan dan Reborn. Tahu apa itu reborn?
Kelahiran kembali. Termasuk kelahiran kembali ide, semangat, menulis, dan
kerja-kerja pemberdayaan sosial. Jadi, tidak salah kiranya jika kita sebarkan
virus Reboan, virus Reborn. Salam Reboan.... (*)
Ujung Sersan Mulyono, 15 Juni 2016
*) Direktur IDFoS Indonesia. Ditayangkan di website IDFoS Indonesia (www.idfos.or.id)
No comments:
Post a Comment