Akhir-akhir ini semangat wilayah, lebih tepatnya
kecamatan atau desa, dalam membangun daerahnya masing-masing patut diacungi
jempol. Beragam kecamatan ataupun desa memiliki ide-ide inovatif yang akan,
sedang, dan sudah dikembangkan, demi kemajuan daerahnya masing-masing.
Coba kita perhatikan geliat dan semangat kecamatan
atau desa yang sempat terekam media massa, media social, atau melalui obrolan di
kafe atau warung kopi. Rata-rata setiap kecamatan mempunyai program atau
setidaknya gerakan yang mencerminkan semangat dan inovasi yang diyakini akan
mampu memberikan dampak yang positif bagi kemajuan daerahnya.
Menurut saya, ini iklim yang menarik. Masing-masing
orang mempunyai cara tersendiri untuk memberi kontribusi atau membangun
daerahnya. Ada yang memilih dengan cara mengkritik dengan skala pelan atau
keras. Ada pula yang memilih dengan aksi nyata. Yang nyata ya yang sedang
membangun inovasi itu. Namun semuanya bermuara pada kemajuan daerah.
Tidak semua ide inovasi tersebut bermuara ke
pengembangan pariwisata. Saya rasa ini menarik. Dan memang seharusnya demikian.
Membangun daerah tidak harus berorientasi pada pendapatan ekonomi melalui
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
Membangun modal social melalui pendekatan pembangunan
sumber daya manusia (SDM) juga sangat dahsyat dampaknya bagi daerah itu
sendiri. Butuh waktu tentunya. Namun toh, pada ujungnya jika pembangunan modal
social berhasil muaranya juga pada peningkatan ekonomi masyarakatnya, karena
sudah tercerahkan.
Penulis cukup tertarik dengan program atau
gerakan-gerakan yang dilakukan Kecamatan Sukosewu, Margomulyo, Sekar, dan
mungkin kecamatan lain. Ide menarik dari Kecamatan Sukosewu adalah
mengembangkan kawasan wisata dengan pilot
project Bendungan Klepek.
Konsepnya adalah mengembangkan paket wisata
penelusuran Bendungan Klepek dengan menggunakan perahu. Mirip-mirip arung jeram
atau rafting, meskipun tipis-tipis.
Saya rasa, ini menarik dikembangkan. Karena, untuk menjadikan kawasan ini
sebagai sentral wisata berbasis adventure
alam, tidak perlu harus seperti medan rafting di Pekalen, Probolinggo. Atau
seperti di Pacet, Mojokerto.
Toh secara kontur alam dan geografisnya memang
tidak sama dengan Pekalen atau Pacet. Justru itu yang menarik. Yang membedakan
dengan daerah lain. Bukankah, meminjam teori guru marketing dunia, Hermawan
Kertajaya, diferensiasi menjadi factor penting untuk menarik perhatian konsumen
(baca wisatawan)?
Karena, kalau wisatawan ingin berbasis pegunungan,
ya ke Pekalen. Kalau adventure berbasis sungai (Kali Pacal), ya ke Bendungan
Klepek, Sukosewu. Jadi, jangan ragu untuk mengembangkan. Terpenting, paket
wisata tersebut dilengkapi dengan factor safety, kesejarahan Bendungan Klepek,
dan kemudahan fasilitas infrastrutur.
Lain lagi dengan Kecamatan Sekar, yang tengah
gencar-gencarnya mengembangkan kawasan wisata Watu Gandul dan Atas Angin.
Konsepnya juga sama, adventure alam
dipadu dengan pendekatan kebudayaan dengan menyusuri situs-situs budaya di
Sekar.
Dari segi nama, sangat keren. Sudah cukup kuat
menjadi brand image produk atau
jualan untuk dipasarkan ke pecinta wisata alam. Tinggal dipoles dengan
pendekatan manajemen yang baik. Serta, diperbaiki segala infrastrukturnya.
Modal Sosial
Hal yang berbeda dilakukan Kecamatan Margomulyo.
Kecamatan ini memilih menggunakan pendekatan modal social dulu. Membangun SDM.
Kecamatan terluar Bojonegoro, yang sebagian wilayahnya hutan ini menggelorakan
Gerakan Margomulyo Memanggil dan Margomulyo Menginspirasi.
Realisasi idenya, memanggil orang-orang local yang
sukses di luar Margomulyo dan tokoh local serta jajaran pejabat kecamatan untuk
memberikan kontribusi nyata. Bentuknya tidak harus uang. Boleh ide. Boleh
tenaga atau sumber daya. Atau juga keduanya sekaligus.
Sasarannya beragam. Ada pendidikan, pertanian
hingga kelak ke peningkatan perekonomian. Terpenting bertujuan untuk
meningkatan keberdayaan dan daya saing warga kecamatan yang mempunyai suku yang
menjadi ikon Bojonegoro (dan Blora), samin. Terpenting mempunyai goal untuk
kemajuan daerah itu sendiri.
Tentu saja di luar tiga kecamatan tersebut masih
banyak ide atau inovasi yang sedang dikembangkan. Hanya, mungkin belum sempat
mencuat ke permukaan melalui media massa atau media sosial dan belum terdeteksi
oleh penulis.
O ya, tentu terobosan-terobosan di atas tidak
termasuk paket wisata yang selama ini sudah dikenal lho. Semisal Kahyangan Api
di Ngasem, Water Park di Dander, Kebun Blimbing dan Bendung Gerak di Kalitidu
serta Waduk Pacal di Temayang. Karena, serpihan ide dan inovasi beberapa
kecamatan di atas memang sedang hangat-hangatnya dikembangkan.
Kini tinggal bagaimana mengsinkronkan atau
mengsinergikan ide-ide di atas dengan arah pembangunan daerah, dalam hal ini
pemda setempat, dan pihak-pihak lain. Tentu juga termasuk dengan media massa.
Karena, ide dan kompetisi inovasi untuk kemajuan daerah adalah berita
menginspirasi. Berita tentang kemenangan manusia. Dan media massa, khususnya
koran ini, patut terus mendorongnya. (*)
Ujung Blok
Lingkar, 2 April 2016
*) Tayang di Jawa Pos Radar Bojonegoro Edisi 3
April 2016, halaman 26
No comments:
Post a Comment