Friday, March 6, 2015

Catatan Perjalanan Umrah di Tanah Suci Madinah dan Makkah (5)

Tanpa Gas dan Gigi, Bus Melaju Kencang di Jabal Magnit

Keajaiban atau keunikan Jabal Magnet atau Bukit Magnet sebenarnya sudah penulis dengar dan saksikan cukup lama. Baik di televisi, youtube, maupun pemberitaan media massa. Karena itu, penulis merasa sangat beruntung, saat rombongan Farfasa Tour & Travel diajak melihat langsung bukit yang secara geografis masih masuk wilayah Madinah tersebut.
"Inilah salah satu nilai lebih dari Farfasa, kami mengajak jamaah untuk melihat langsung Jabal Magnit ini. Gratis, tidak perlu bayar lagi untuk ke sana. Dan jarang-jarang jamaah bisa menyaksikan Jabal Magnit," kata Peni Suprapti, pemilik Farfasa Tour & Travel.
Lokasi Jabal Magnit berada di perbukitan, berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari Masjid Quba. Disebut Jabal Magnit, karena ada titik jalan dengan radius sekitar 4 km dengan letter U mempunyai daya magnit yang sangat kuat.
Barang barang yang terbuat dari besi akan sangat mudah ditarik ke depan. Area magnit yang berada di kawasan pegunungan tersebut berakhir di irigasi bukit magnit, dengan dimulai dari jalan agak menanjak dekat permukiman beberapa warga Arab Badui. "Karena itulah disebut dengan Bukit atau Jabal Magnit," kata Ustad Rifai, guide Farfasa di Madinah.
Penulis dan rombongan yang penasaran pun ingin membuktikannya saat bus tiba di titik yang dimaksud. Penulis dan beberapa jamaah akhirnya maju dan duduk dekat dengan Osamah, sopir bus jamaah. Sopir kemudian memajukan bus tepat di titik pertama jalan medan magnit. Posisi gigi/persneling di netralkan dengan kondisi mesin tetap hidup.
Dan, ajaib. Pelan tapi pasti bus dengan berkapasitas 50 penumpang itu berjalan. Lambat laun laju bus berjalan cepat, jarum speedometer menunjuk angka 40 km per jam.
Bahkan, dengan gaya santai dan bergurau, Osamah tak menggunakan tangannya untuk mengemudi, namun dengan kedua kakinya. Aksi ini tentu saja mengundang tawa rombongan. Apalagi saat aksinya diabadikan wartawan koran ini dan ponselnya yang dipotret oleh Rifai.
Tak berselang lama Osamah kembali mengemudi dengan benar. Karena, tak sampai 5 menit laju bus bergerak lebih cepat, hingga jarum speedometer menuju 80 km dan terus hingga mendekati 120 km per jam. Padahal medan jalan mendatar dengan sesekali tanjakan kecil.
Untuk menahan agar laju bus tidak kelewat kencang, Osamah mengerem sedikit demi sedikit dan mengatur alur kemudi. "Kalau speedometernya masih ada (200 km atau lebih, Red) bus ini akan tertarik lebih kencang lagi, subhanallah," ujar Rifai.
Laju bus yang tanpa gas dan gigi itu benar-benar berhenti setelah tiba di irigasi magnit. Sepertinya disitulah akhir daya tarik magnitnya. Osamah pun memasukkan persneling dan menginjak pedal gasnya kembali. 
Rifai mengungkapkan, Jabal Magnit sebenarnya sudah lama ada. Mungkin sejak Madinah ada. Namun, masyarakat baru menyadari ada daya magnit di kawasan itu sekitar tahun 2002-2003 lalu. Itupun setelah di kawasan tersebut sering ada kecelakaan dengan kecepatan tinggi. Setelah diselidiki dan diteliti ternyata kawasan tersebut mengandung magnit tinggi. Sehingga dijuluki jabal Magnit.
Dan sejak tahun 2004 sampai sekarang, Jabal Magnit sering dikunjungi atau menjadi destinasi utama, meski tidak semua jamaah sempat diantarkan ke jabal tersebut. "Dan kita beruntung bisa mampir di sini," terangnya.
Sejak saat itulah otoritas Kerajaan Arab Saudi menugaskan warga sekitar itu untuk membersihkan tempat Jabal Magnit karena sering dikunjungi jamaah. Meski mereka digaji pemerintah, tak jarang mereka minta sedekah 1-2 riyal kepada para pengunjung yang singgah, alasannya untuk beli minum. "Kalau sing gini mereka jarang kelihatan. Kalau malam ramai," ungkap Rifai.   
Di kawasan Jabal Magnit juga ada keunikan lain. Yakni, tumbuhnya ratusan pohon berduri. Warga sekitar menjulukinya sebagai pohon zaqqum atau ghorqot, karena ciri-cirinya menyerupai dengan apa yang sudah disebutkan dalam Alquran sebagai pohon yang ada di neraka. Yakni, berduri, tidak berbuah dan tidak menjadi makanan hewan, dan batangnya kalau basah, meski ukurannya kecil, tidak mudah dipatahkan.
Tak banyak yang tahu asal muasal pohon tersebut. Karena, menurut warga Badui yang tinggal di kawasan perbukitan itu, pohon tersebut sudah berusia ratusan tahun. "Kata orang-orang sini, tak ada manfaatnya. Hanya difungsikan sebagai peneduh saja," tuturnya. (*/bersambung)

*) Tayang di Jawa Pos Radar Bojonegoro Edisi 16 Februari 2015, Halaman 49

1 comment:

  1. Hotel & Casino Montgomery - Mapyro
    Find the cheapest and quickest ways to 논산 출장샵 get from Hotel 의왕 출장마사지 & Casino Montgomery to the 울산광역 출장안마 Check out the travel option 태백 출장마사지 at the 거제 출장안마 nearest casino and check out the

    ReplyDelete