Tanpa Gas dan Gigi, Bus Melaju
Kencang di Jabal Magnit
Keajaiban atau keunikan Jabal Magnet atau Bukit Magnet sebenarnya sudah penulis dengar dan saksikan cukup lama. Baik di televisi, youtube, maupun pemberitaan media massa. Karena itu, penulis merasa sangat beruntung, saat rombongan Farfasa Tour & Travel diajak melihat langsung bukit yang secara geografis masih masuk wilayah Madinah tersebut.
"Inilah
salah satu nilai lebih dari Farfasa, kami mengajak jamaah untuk melihat
langsung Jabal Magnit ini. Gratis, tidak perlu bayar lagi untuk ke sana. Dan
jarang-jarang jamaah bisa menyaksikan Jabal Magnit," kata Peni Suprapti,
pemilik Farfasa Tour & Travel.
Lokasi
Jabal Magnit berada di perbukitan, berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari
Masjid Quba. Disebut Jabal Magnit, karena ada titik jalan dengan radius sekitar
4 km dengan letter U mempunyai daya magnit yang sangat kuat.
Barang
barang yang terbuat dari besi akan sangat mudah ditarik ke depan. Area magnit
yang berada di kawasan pegunungan tersebut berakhir di irigasi bukit magnit,
dengan dimulai dari jalan agak menanjak dekat permukiman beberapa warga Arab
Badui. "Karena itulah disebut dengan Bukit atau Jabal Magnit," kata
Ustad Rifai, guide Farfasa di Madinah.
Penulis
dan rombongan yang penasaran pun ingin membuktikannya saat bus tiba di titik
yang dimaksud. Penulis dan beberapa jamaah akhirnya maju dan duduk dekat dengan
Osamah, sopir bus jamaah. Sopir kemudian memajukan bus tepat di titik pertama
jalan medan magnit. Posisi gigi/persneling di netralkan dengan kondisi mesin
tetap hidup.
Dan,
ajaib. Pelan tapi pasti bus dengan berkapasitas 50 penumpang itu berjalan.
Lambat laun laju bus berjalan cepat, jarum speedometer menunjuk angka 40 km per
jam.
Bahkan, dengan gaya santai dan bergurau, Osamah tak menggunakan tangannya untuk mengemudi, namun dengan kedua kakinya. Aksi ini tentu saja mengundang tawa rombongan. Apalagi saat aksinya diabadikan wartawan koran ini dan ponselnya yang dipotret oleh Rifai.
Bahkan, dengan gaya santai dan bergurau, Osamah tak menggunakan tangannya untuk mengemudi, namun dengan kedua kakinya. Aksi ini tentu saja mengundang tawa rombongan. Apalagi saat aksinya diabadikan wartawan koran ini dan ponselnya yang dipotret oleh Rifai.
Tak
berselang lama Osamah kembali mengemudi dengan benar. Karena, tak sampai 5
menit laju bus bergerak lebih cepat, hingga jarum speedometer menuju 80 km dan
terus hingga mendekati 120 km per jam. Padahal medan jalan mendatar dengan
sesekali tanjakan kecil.
Untuk
menahan agar laju bus tidak kelewat kencang, Osamah mengerem sedikit demi
sedikit dan mengatur alur kemudi. "Kalau speedometernya masih ada (200 km
atau lebih, Red) bus ini akan tertarik lebih kencang lagi, subhanallah,"
ujar Rifai.
Laju
bus yang tanpa gas dan gigi itu benar-benar berhenti setelah tiba di irigasi
magnit. Sepertinya disitulah akhir daya tarik magnitnya. Osamah pun memasukkan
persneling dan menginjak pedal gasnya kembali.
Rifai
mengungkapkan, Jabal Magnit sebenarnya sudah lama ada. Mungkin sejak Madinah
ada. Namun, masyarakat baru menyadari ada daya magnit di kawasan itu sekitar
tahun 2002-2003 lalu. Itupun setelah di kawasan tersebut sering ada kecelakaan
dengan kecepatan tinggi. Setelah diselidiki dan diteliti ternyata kawasan
tersebut mengandung magnit tinggi. Sehingga dijuluki jabal Magnit.
Dan
sejak tahun 2004 sampai sekarang, Jabal Magnit sering dikunjungi atau menjadi
destinasi utama, meski tidak semua jamaah sempat diantarkan ke jabal tersebut.
"Dan kita beruntung bisa mampir di sini," terangnya.
Sejak
saat itulah otoritas Kerajaan Arab Saudi menugaskan warga sekitar itu untuk
membersihkan tempat Jabal Magnit karena sering dikunjungi jamaah. Meski mereka
digaji pemerintah, tak jarang mereka minta sedekah 1-2 riyal kepada para
pengunjung yang singgah, alasannya untuk beli minum. "Kalau sing gini
mereka jarang kelihatan. Kalau malam ramai," ungkap Rifai.
Di
kawasan Jabal Magnit juga ada keunikan lain. Yakni, tumbuhnya ratusan pohon
berduri. Warga sekitar menjulukinya sebagai pohon zaqqum atau ghorqot, karena
ciri-cirinya menyerupai dengan apa yang sudah disebutkan dalam Alquran sebagai
pohon yang ada di neraka. Yakni, berduri, tidak berbuah dan tidak
menjadi makanan hewan, dan batangnya kalau basah, meski ukurannya kecil, tidak
mudah dipatahkan.
Tak
banyak yang tahu asal muasal pohon tersebut. Karena, menurut warga Badui yang
tinggal di kawasan perbukitan itu, pohon tersebut sudah berusia ratusan tahun.
"Kata orang-orang sini, tak ada manfaatnya. Hanya difungsikan sebagai
peneduh saja," tuturnya. (*/bersambung)
*) Tayang di Jawa Pos Radar
Bojonegoro Edisi 16 Februari 2015, Halaman 49
Hotel & Casino Montgomery - Mapyro
ReplyDeleteFind the cheapest and quickest ways to 논산 출장샵 get from Hotel 의왕 출장마사지 & Casino Montgomery to the 울산광역 출장안마 Check out the travel option 태백 출장마사지 at the 거제 출장안마 nearest casino and check out the