Friday, March 6, 2015

Catatan Perjalanan Umrah di Tanah Suci Madinah dan Makkah (4)

Bekas Parit Perang Khandaq Kini Dibangun Traffic Light

Hari kedua (10/2) perjalanan umrah di Tanah Suci bersama Farfasa Tour & Travel masih dilakukan di Madinah. Hari kedua, selain salat rawatib dan dzikir di Masjid Nabawi, juga diisi dengan berziarah di sejumlah tempat bersejarah dalam peradaban Islam.
Agenda berziarah di hari kedua di Madinah cukup padat. Beberapa tempat yang dikunjungi adalah bekas lokasi perang khandaq (parit), Masjid Qiblatain, Masjid Quba, kebun kurma, Jabal Uhud, dan Jabal atau Bukit Magnet. Khusus untuk Jabal Magnet dengan segala keunikan dan keajaibannya akan penulis jabarkan di catatan kelima.
Rombongan jamaah umrah berangkat dengan dua bus. Jarak antara Masjid Nabawi dengan Masjid Quba tidak terlalu jauh, sekitar 30 menit perjalanan bus.
Seperti dijelaskan dalam banyak literatur peradaban Islam, Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah SAW di Madinah. Jika dibandingkan dengan Masjid Nabawi, konstruksi Masjid Qua memang kalah megah dan indah. Luas Masjid Quba juga kalah jauh dibandingkan dengan Masjid Nabawi.
Tempat yang digunakan untuk salat di masjid ini tidak terlalu luas. Mungkin tidak sampai seratusan meter, bandingkan dengan Masjid Nabawi yang jauh lebih luas dan lapang. Di kanan dan kiri ruang salat/tengah terdapat tempat wudlu. Sedangkan di depannya terdapat taman dan lokasi parkir kendaraan. Sekalipun demikian, masjid yang sebagian besar bangunannya berdinding cat putih ini tidak pernah sepi dari pengunjung.
Hampir semua umat Islam yang datang ke Madinah hampir bisa dipastikan akan mampir di Masjid Quba. Ini seperti yang wartawan koran ini saksikan saat berkunjung di Masjid Quba. Di depan masjid, terdapat puluhan bus yang diparkir, sambil membawa ratusan jamaah. Sampai-sampai lokasi parkir tidak muat, sehingga beberapa bus sampai parkir di pinggir jalan raya.
Selain karena bernilai sejarah tinggi, Masjid Quba juga banyak fadhilahnya, sehingga diburu peziarah. "Sesuai sabda Rasulullah SAW, barang siapa yang salat sunat dua rakaat di Masjid Quba, nilai pahalanya setara dengan ibadah umrah. Sehingga, banyak orang mengunjungi Masjid Quba," ungkap Ustad Rifai, guide Farfasa Tour & Travel kepada wartawan koran ini.
Kondisi bangunan Masjid Quba yang sekarang, dikatakan Rifai, sudah jauh berbeda dibandingkan dengan bangunan asal masjid, sebagaimana dijelaskan dalam tarikh Islam. Dulu, masjid yang dibangun pada 622 Masehi atau 1393 tahun yang lalu itu, hanya terdiri dari batu bata dan bertiangkan kayu kurma. Namun, oleh Kerajaan Arab Saudi dilakukan beberapa renovasi, sehingga berwujud seperti sekarang.
Ustad Rifai menjelaskan, di sebelah kiri Masjid Quba terdapat tempat yang dinamai Sanyatil Wada'. Tempat inilah yang dulu digunakan warga Madinah, yang terkenal dengan sebutan Sahabat Ansor, dalam menyambut Nabi SAW saat hijrah dari Makkah ke Madinatul Munawarah. Tempat tersebut saat ini masih ada, namun menjadi satu bagian dengan kompleks masjid. 
Destinasi lain yang juga menarik adalah melihat dari dekat bekas parit yang digunakan Rasulullah SAW dalam perang khandaq melawan kaum kafir Quraisy. Memang, parit yang dulu dibangun untuk melindungi warga Madinah dari serangan kaum kafir sudah tidak ada. Sebab, lokasinya sudah berubah menjadi jalan raya menuju Madinah kota.
Apalagi, bekas parit untuk perang yang idenya berasal dari sahabat asal Persia, Salman Al Farisi tersebut, menurut ustad Rifai, sudah dibangun menjadi traffic light jalan protokol menuju Madinah kota tersebut. "Dari sejarahnya, traffic light itu dulu adalah bekas parit yang digunakan dalam perang khandaq," tuturnya. (*/bersambung)

*) Tayang di Jawa Pos Radar Bojonegoro Edisi 15 Februari 2015, Halaman 29

No comments:

Post a Comment