Bekas Parit Perang Khandaq Kini
Dibangun Traffic Light
Hari kedua (10/2) perjalanan umrah di Tanah Suci bersama Farfasa Tour & Travel masih dilakukan di Madinah. Hari kedua, selain salat rawatib dan dzikir di Masjid Nabawi, juga diisi dengan berziarah di sejumlah tempat bersejarah dalam peradaban Islam.
Agenda
berziarah di hari kedua di Madinah cukup padat. Beberapa tempat yang dikunjungi
adalah bekas lokasi perang khandaq (parit), Masjid Qiblatain, Masjid Quba,
kebun kurma, Jabal Uhud, dan Jabal atau Bukit Magnet. Khusus untuk Jabal Magnet
dengan segala keunikan dan keajaibannya akan penulis jabarkan di catatan kelima.
Rombongan
jamaah umrah berangkat dengan dua bus. Jarak antara Masjid Nabawi dengan Masjid
Quba tidak terlalu jauh, sekitar 30 menit perjalanan bus.
Seperti
dijelaskan dalam banyak literatur peradaban Islam, Masjid Quba adalah masjid
yang pertama kali dibangun Rasulullah SAW di Madinah. Jika dibandingkan dengan
Masjid Nabawi, konstruksi Masjid Qua memang kalah megah dan indah. Luas Masjid
Quba juga kalah jauh dibandingkan dengan Masjid Nabawi.
Tempat
yang digunakan untuk salat di masjid ini tidak terlalu luas. Mungkin tidak
sampai seratusan meter, bandingkan dengan Masjid Nabawi yang jauh lebih luas
dan lapang. Di kanan dan kiri ruang salat/tengah terdapat tempat wudlu.
Sedangkan di depannya terdapat taman dan lokasi parkir kendaraan. Sekalipun
demikian, masjid yang sebagian besar bangunannya berdinding cat putih ini tidak
pernah sepi dari pengunjung.
Hampir
semua umat Islam yang datang ke Madinah hampir bisa dipastikan akan mampir di
Masjid Quba. Ini seperti yang wartawan koran ini saksikan saat berkunjung di
Masjid Quba. Di depan masjid, terdapat puluhan bus yang diparkir, sambil
membawa ratusan jamaah. Sampai-sampai lokasi parkir tidak muat, sehingga
beberapa bus sampai parkir di pinggir jalan raya.
Selain
karena bernilai sejarah tinggi, Masjid Quba juga banyak fadhilahnya, sehingga
diburu peziarah. "Sesuai sabda Rasulullah SAW, barang siapa yang salat
sunat dua rakaat di Masjid Quba, nilai pahalanya setara dengan ibadah umrah.
Sehingga, banyak orang mengunjungi Masjid Quba," ungkap Ustad Rifai, guide
Farfasa Tour & Travel kepada wartawan koran ini.
Kondisi
bangunan Masjid Quba yang sekarang, dikatakan Rifai, sudah jauh berbeda
dibandingkan dengan bangunan asal masjid, sebagaimana dijelaskan dalam tarikh
Islam. Dulu, masjid yang dibangun pada 622 Masehi atau 1393 tahun yang lalu
itu, hanya terdiri dari batu bata dan bertiangkan kayu kurma. Namun, oleh
Kerajaan Arab Saudi dilakukan beberapa renovasi, sehingga berwujud seperti
sekarang.
Ustad
Rifai menjelaskan, di sebelah kiri Masjid Quba terdapat tempat yang dinamai
Sanyatil Wada'. Tempat inilah yang dulu digunakan warga Madinah, yang terkenal
dengan sebutan Sahabat Ansor, dalam menyambut Nabi SAW saat hijrah dari Makkah
ke Madinatul Munawarah. Tempat tersebut saat ini masih ada, namun menjadi satu
bagian dengan kompleks masjid.
Destinasi
lain yang juga menarik adalah melihat dari dekat bekas parit yang digunakan
Rasulullah SAW dalam perang khandaq melawan kaum kafir Quraisy. Memang, parit
yang dulu dibangun untuk melindungi warga Madinah dari serangan kaum kafir
sudah tidak ada. Sebab, lokasinya sudah berubah menjadi jalan raya menuju
Madinah kota.
Apalagi,
bekas parit untuk perang yang idenya berasal dari sahabat asal Persia, Salman
Al Farisi tersebut, menurut ustad Rifai, sudah dibangun menjadi traffic light
jalan protokol menuju Madinah kota tersebut. "Dari sejarahnya, traffic
light itu dulu adalah bekas parit yang digunakan dalam perang khandaq," tuturnya.
(*/bersambung)
*) Tayang di Jawa Pos Radar
Bojonegoro Edisi 15 Februari 2015, Halaman 29
No comments:
Post a Comment