Nikmatnya Umrah di Tengah Malam
Jumat
Rombongan jamaah umrah dari Farfasa Tour & Travel meninggalkan Madinah, Kamis (12/2) sekitar pukul 15.00 WAS untuk memulai ibadah umrah, dengan mengambil miqat di Bir Aly (Dzul Khulaifah), sekitar 20 km dari Madinah. Agendanya, memang disengaja menjalankan umrah pada malam hari, persisnya Kamis malam Jumat.
Rombongan
tiba di Masjidilharam, Makkah Al-Mukarramah, sekitar pukul 21.00 WAS setelah
menempuh perjalanan sekitar 6 jam dari Madinah. Setiba di Makkah, jalanan dan
arus lalu lintas di kota suci umat Islam tersebut sangat padat.
Karena
kebetulan, hari itu selesai salat Isya dan bersamaan dengan malam Jumat. Jamaah
salat Isya dan umrah pada malam Jumat memang lebih ramai dibandingkan hari-hari
biasa. "Warga Makkah dan sekitarnya kalau malam Jumat jumlahnya meningkat
yang salat di Masjidilharam," kata ustad Rifai, guide Farfasa Tour &
Travel.
Karena
itu, tak heran kalau kemudian beberapa jalan menuju hotel tempat kami menginap,
Al-Olayan Makkah Hotel, yang berjarak sekitar 400 meter dari Masjidilharam,
sempat belum dibuka karena sempat ditutup lantaran kawasan sekitarnya digunakan
untuk salat isya.
Dengan
masih mengenakan pakaian ihram, berikut larangan-larangan yang masih harus
dijaga, jamaah beristirahat sejenak di hotel, sebelum kemudian menuju
Masjidilharam.
Menurut
Rifai, Allah SWT menurunkan 120 rahmat di Masjidilharam. Yang 60 rahmat bagi
orang yang thawaf, 40 bagi yang salat di Masjidilharam dan 20 rahmat lainnya
bagi yang melihat Kakbah Baitullah.
"Di
Masjidilharam amal baik dilipatkan menjadi 100 ribu kali dibandingkan di tanah
lain (sebagian hadits menyebut 5000 kali, Red). Karena itu, raihlah kebanyakan
sebanyak mungkin, anggap saja ini hari terakhir kita," pesan pria asal
Medan, Sumatera Utara ini.
Sekitar
pukul 24.00 WAS atau pas tengah malam, umrah dilakukan. Rasa penat dan lelah
setelah menempuh perjalanan 6 jam harus ditahan, karena umrah harus dilakukan
malam itu juga. "Kenapa kita pilih malam ini juga, karena kefadlilahan
malam Jumat sebagai sayyidul ayyam," ungkap H. Syukron Dalil, direktur PT
Farfasa Nurul Qolbi.
Karena
malam Jumat, Syukron mengingatkan agar jamaah tetap kompak dan tidak terpisah.
Sebab, meski sudah tengah malam, jumlah jamaah umrah yang datang dari berbagai
penjuru dunia untuk menjalankan thawaf sebagai salah satu rukun umrah, tidak
pernah sepi. Malah terus bertambah hingga menjelang fajar.
Sampai-sampai,
lantai dasar Masjidilharam sudah tidak mampu menampung lagi jumlah jamaah yang
hendak thawaf. Sehingga, sebagian besar jamaah umrah, termasuk dari daerah dan
negara lain, harus thawaf di lantai dua dan tiga.
Di
lantai dua pun juga sudah penuh sesak dengan jamaah. Perasaan haru biru,
bahagia, dan mata berkaca-kaca tak terasa saat wartawan koran ini melihat
langsung Kakbah, bangunan kubus berwarna hitam yang selama ini menjadi kiblat
umat Islam sedunia.
Di
Kakbah itu pula, dalam berbagai riwayat literatur Islam, malaikat melakukan
thawaf. Begitu juga Nabi Adam as. Bangunan Kakbah ini sebelumnya hilang setelah
terkena bah Nabi Nuh as. Lalu dibina dan dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim as
dan putranya, Nabi Ismail as.
Kondisi
jamaah yang juga penuh sesak terjadi di lokasi sai, lari-lari kecil dari bukit
shafa dan marwah. Lokasi sai tak jauh dari tempat thawaf. Ribuan orang
berdesak-desakan untuk melakukan sai sebanyak tujuh kali.
Mereka
tampaknya sama-sama berburu fadlilah maupun kemulyaan hari Jumat. Sehingga,
ritual sai dan thawaf jauh lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari biasa.
"Pada
hari selain malam Jumat juga ramai, tapi kalau malam Jumat kayak begini memang
lebih ramai lagi. Tapi Alhamdulillah, secara umum umrahnya berjalan dengan
lancar," ujar Syukron. Prosesi umrah ditutup dengan tahallul, mencukur
rambut. Sekitar pukul 03.00 dini hari Jumat (13/2), prosesi umrah wajib
diselesaikan, meski dengan badan yang sangat letih. Alhamdulillah.
(*/bersambung)
*) Tayang di Jawa Pos Radar
Bojonegoro Edisi 17 Februari 2015, Halaman 29
No comments:
Post a Comment