Friday, July 2, 2010

Menulis, Mendidik Otak dan Tangan

BAGAIMANA cara mendidik hati, otak, dan tangan (HOT), istilah lain untuk menulis, yang baik? Apakah “dipaksa” alias by design atau dibiarkan mengalir, natural. Rasanya pertanyaan ini cukup susah dijawab. Karena, masing-masing mempunyai kelebihan. Tapi, bagi Arswendo Atmowiloto, budayawan yang ketika memimpin sebuah majalah pernah dibredel oleh rezim Orde Baru, bilang, bahwa menulis itu mudah, jangan dipaksa, dan biarkan mengalir apa adanya, alamiah. Di sisi lain, Gabriele Rico berpendapat, menulis adalah sebuah cara untuk meng-sistematika-kan karya. Oleh karena itu, perlu ada desain yang mempunyai daya ”paksa” agar dapat menghasilkan karya yang terkonstruk, berbasis nalar fakir, dan terukur.
Dua pendekatan yang berbeda ini melahirkan kutub yang esensinya mempunyai tujuan yang sama, meski secara luar terkesan berbeda. Cara mengalir dan alamiah, meminjam pendekatan dalam dunia keilmuan filsafat, lebih identik dengan pendekatan naturalistik kualitatif. Sedangkan by desaign mengarah kepada pendekatan positivistik kuantitatif.
Saya rasa, kita tidak perlu berdebat mana yang paling baik dari dua pendekatan tersebut. Karena, masing-masing orang mempunyai gaya menulis sendiri-sendiri. Bagi Gabriele Rico, menulis tetaplah perlu untuk dikerangkakan. Rico membuat dua model, metode pengelompokan (clustering) dan menulis cepat (fast writing). Clustering dapat dilakukan dengan cara memilih pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan menuangkannya di kertas secepatnya, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya.
Sementara fast writing, bertujuan melatih otak kanan yang kreatif, sekaligus membelajari otak kiri yang analitik dan korektif. Menulis cepat membantu kemampuan menulis kita untuk selalu berfikir cepat dan tepat dalam menyusun gagasan dan ide pada waktu yang telah ditentukan.
Model ini bisa dilatih dengan menentukan deadline bagi seseorang yang berniat untuk mendalami dunia tulis menulis. Konkretnya begini, untuk mengasah kemampuan dalam menulis, diperlukan pola pembiasaan. Pembiasaan salah satunya dapat dilakukan dengan cara ”memaksa” diri untuk secara teratur menulis dalam batasan-batasan waktu tertentu. Misalnya, meneguhkan komitmen dan tekad dalam diri untuk setiap dua minggu sekali menghasilkan satu karya tulisan yang terstruktur.
Konsekuensinya, komitmen ini harus dipegang dan direalisasikan (!). Efeknya, dengan kian sering menulis, logikanya kemampuan menulis akan semakin baik, semakin baik. Karena, dalam rentang waktu itulah seseorang akan mampu menilai apakah kemampuan tulisannya sudah baik atau belum. Sikap evaluatif itu pada akhirnya melahirkan refleksi yang diikuti dengan daya korektif terhadap tulisannya. Lama kelamaan tulisan itu akan menjadi baik, bukan?
Sedangkan metode menulis alamiah, justru menafikan sistem. Agak mirip-mirip dengan mengembangkan imajinasi, lepas, tanpa batas/sekat. Alasannya, menulis adalah sebuah komunikasi antara otak, hati, dan tangan. Ia harus bebas hambatan. Pesan (message) yang hendak disampaikan oleh otak, harus sampai ke tangan. Ia juga harus bebas nilai-nilai kepentingan sistem yang terkadang justru membatasi gerak sekaligus kebebasan di dalam menghasilkan sebuah karya.
Pendekatan naturalistik juga dipandang lebih merefleksikan hakikat keinginan manusia yang ingin bebas berekspresi. Logika sederhananya begini, kalau Anda ditekan, apakah Anda akan mampu menghasilkan karya yang baik? Sebab, terkadang manusia justru akan keluar segala daya imajinasinya, daya kreatifnya, dalam situasi nonformal, situasi tidak kaku, dan rileks.
By the way, mana yang kita pilih? Pendekatan naturalistik atau positivistik? Semua itu bergantung pada kesenangan kita masing-masing. Yang pasti, jangan takut salah! Lebih baik melakukan kesalahan, tetapi ada upaya dan kehendak untuk memperbaiki kesalahan. Daripada ingin selalu benar, tetapi tidak pernah mau melakukan sesuatu! Almaghfurlah Gus Dur bilang, negara ini dibentuk dan disusun dari kesalahan-kesalahan masa-masa lalu yang kemudian diperbaiki. So, tunggu apalagi! Ayo kita menulis, apakah by desaign atau secara natural? Suka-suka Anda! (*)

Bawah Titian, 30 April 2010

*) Tayang di Harian Jawa Pos Halaman 6, Rubrik Di Balik Buku Edisi 2 Mei 2010

No comments:

Post a Comment